"lingkungan akan memberikan segala apa yang diiginkan dan
dibutuhkan manusia, apabila manusia mengerti, menghormati, dan
menyayanginya…". (Mc. Harg, Ian L., Design with Nature : 1967)
Pada umumnya, sebuah bangunan menyerap energi dari lingkungan secara paksa (misalnya melalui penebangan pohon maupun pembebanan tapak akibat building coverage). Sementara itu, keluarannya hanya berupa energi yang tidak terbarui; diantaranya air kotor, sampah rumah tangga maupun energi buangan akibat peralatan mekanis). Akibatnya, dapat terjadi penurunan kualitas lingkungan.
Green building merupakan konsep desain yang dapat membuat bangunan menjadi sebuah sarana/masukan energi bagi sistem lain; dimana keberadaannya mampu memperbaiki dan membangkitkan sistem di sekitarnya secara berkesinambungan. Hal ini berarti, bangunan itu tidak hanya merupakan produk hasil akhir, namun dapat mengolah keluaran energinya sehingga bermanfaat bagi sistem lain dalam lingkungan itu.
Sejalan dengan itu, konsep ini berkomitmen terhadap perancangan lingkungan binaan yang ramah lingkungan, baik di saat proses konstruksi maupun di masa purnahuni. Pendekatan green building terhadap komitmen ini ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya perancangan tapak secara tepat; penghematan air; efisiensi penggunaan energi; pemilihan material; serta pengelolaan udara di dalam ruangan.
Konsep green building terintegrasi dengan konsep sustainable building; yaitu dengan meningkatkan efisiensi dari penggunaan semua sumberdaya energi melalui beberapa cara (Probo Hindarto : 2007), diantaranya :
Efisiensi penggunaan energi :
Efisiensi penggunaan lahan :
Inovasi pemaksimalan potensi hijau tanaman :
Efisiensi penggunaan material :
Penggunaan teknologi :
Manajemen limbah :
Dari segi estetika, filosofi GB adalah mengharmonisasikan bangunan
dengan lingkungan alamiahnya serta dengan berbagai sumberdaya di
sekeliling tapak. Kuncinya, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
adalah dengan menggunakan material dari sumberdaya lokal, mengurangi
beban tapak, dan menciptakan energi daur ulang di dalam tapak.
…kesadaran terhadap alam dan lingkungan adalah modal dasar dalam membangun peradaban dan menjaga masa depan dari kepunahan. Arsitek mempunyai kontribusi besar dalam melakukan sesuatu agar alam ini bisa lebih sustainable, tentunya dengan kapasitas dan kompetensi arsitekturnya… (Rachmat Fauzi, 2008)
sumber: http://2uatitik.wordpress.com/2010/01/23/green-building/
Pada umumnya, sebuah bangunan menyerap energi dari lingkungan secara paksa (misalnya melalui penebangan pohon maupun pembebanan tapak akibat building coverage). Sementara itu, keluarannya hanya berupa energi yang tidak terbarui; diantaranya air kotor, sampah rumah tangga maupun energi buangan akibat peralatan mekanis). Akibatnya, dapat terjadi penurunan kualitas lingkungan.
Green building merupakan konsep desain yang dapat membuat bangunan menjadi sebuah sarana/masukan energi bagi sistem lain; dimana keberadaannya mampu memperbaiki dan membangkitkan sistem di sekitarnya secara berkesinambungan. Hal ini berarti, bangunan itu tidak hanya merupakan produk hasil akhir, namun dapat mengolah keluaran energinya sehingga bermanfaat bagi sistem lain dalam lingkungan itu.
Sejalan dengan itu, konsep ini berkomitmen terhadap perancangan lingkungan binaan yang ramah lingkungan, baik di saat proses konstruksi maupun di masa purnahuni. Pendekatan green building terhadap komitmen ini ditempuh melalui beberapa cara, diantaranya perancangan tapak secara tepat; penghematan air; efisiensi penggunaan energi; pemilihan material; serta pengelolaan udara di dalam ruangan.
Konsep green building terintegrasi dengan konsep sustainable building; yaitu dengan meningkatkan efisiensi dari penggunaan semua sumberdaya energi melalui beberapa cara (Probo Hindarto : 2007), diantaranya :
- memanfaatkan terang langit dan pencahayaan alami sinar matahari untuk mengurangi penggunaan listrik di siang hari; maupun penggunaan panel surya
- penggunaan ventilasi serta penghawaan silang untuk mengurangi penggunaan AC
- memanfaatkan air hujan untuk keperluan domestik serta untuk mengurangi run-off rain water dengan penggunaan sumur resapan
- Penggunakan lahan secara efisien, kompak dan terpadu sehingga meminimalisasi building coverage
- Analisa tapak untuk mencari kendala dan potensi tapak serta pengaruhnya terhadap organisasi ruang
- Desain terbuka untuk mengintegrasikan luar dan dalam bangunan
- Menghargai kehadiran tanaman existing; tidak mudah menebang pohon, sehingga tanaman tersebut dapat menjadi bagian dari bangunan
- Penggunaan taman atap, taman gantung maupun pagar tanaman, maupun greenery wall
- Penggunaan material yang masih berlimpah dan menghindari penggunaan material yang langka/jarang ditemui
- Penggunaan material dari sumberdaya lokal untuk mengurangi mobilitas angkut material dari dan menuju tapak
- Memanfaatkan material sisa/recycle
- Memanfaatkan potensi energi alamiah untuk menghasilkan energi baru untuk keperluan domestik maupun bangunan lain secara independen misalnya dengan penggunaan panel surya
- Membuat sistem pengolahan limbah domestik seperti air kotor sehinga tidak membebani sistem aliran air kota
- Membuat sistem dekomposisi limbah organik agar terurai secara alami dalam lahan
…kesadaran terhadap alam dan lingkungan adalah modal dasar dalam membangun peradaban dan menjaga masa depan dari kepunahan. Arsitek mempunyai kontribusi besar dalam melakukan sesuatu agar alam ini bisa lebih sustainable, tentunya dengan kapasitas dan kompetensi arsitekturnya… (Rachmat Fauzi, 2008)
sumber: http://2uatitik.wordpress.com/2010/01/23/green-building/