Wednesday, July 7, 2010

Kerusakan Sedimentasi Laut Pomalaa Sangat parah

- Hasil Penelitian Tim Ahli UGM
KOLAKA,KEPRES---Potensi laut Kolaka ternyata sangat kaya. Tak hanya dihuni beragam spesies ikan, tetapi juga memiliki aneka biota laut yang cukup indah seperti karang dan lainnya. Hanya saja tingkat kerusakan sedimentasi (penutupan lumpur) khususnya di laut Pomalaa sangat parah.
Pengakuan tersebut diungkapkan dua tim ahli dari Universitas Gajahmada (UGM) Yogyakarta, yang baru saja melakukan penelitian awal di perairan Pomalaa dan Pulau Buaya, yakni Dr Rernat Yosi Bayu Murti dan Dr Agus Heruanto Hadna.
Dr Yosi Bayu Murti merupakan pakar kelautan yang juga sekretaris Center For Marine Resource Development and Technology Universitas Gajahmada, sedang  Dr Agus Heruanto Hadna merupakan pakar ilmu social UGM. Keduanya melakukan penelitian di sekitar laut Pomalaa dan Pulau Buaya selama dua hari,  dengan didampingi tim dosen Universitas 19 Nopember Kolaka yang terdiri Musnajam, MEng, Abd Sabaruddin MSi dan Achmad Lamo MSi.
Penelitian dilakukan pada radius 500 meter dari daratan dengan  melakukan penyelaman pada kedalaman 5 sampai 18 meter.
Dari hasil penelitian awal dengan mengambil sampel perairan laut Pomalaa dan Pulau Buaya, Dr Yosi menyimpulkan tingkat kerusakan sedimentasi sangat parah. Hanya saja, pakar  kelautan UGM ini belum bisa menyimpulkan penyebab tingginya sedimentasi di perairan Pomalaa. “Penyebab belum kita tau, apakah dari terusan air, udara atau karena adanya penimbunan,” katanya.
Dari hasil observasi awal ini, tim juga sudah mengumpulkan sedikitnya 25 jenis biota laut seperti karang dan lainnya yang merupakan sampel untuk penelitian lebih lanjut di laboratorium UGM. “Hasilnya baru kita akan tahu setelah uji  laboratorium,” katanya.
Di sekitar wilayah Pomalaa, tempat di mana sebagian masyarakat membudidayakan rumput laut, kondisi air mengalami kekeruhan dengan jarak  pandang hanya empat meter, terdapat terumbu karang yang tertutup sedimentasi (lumpur), akibatnya biota mengalami hambatan pertumbuhan.
Selain itu area vegetasi lamun (Pasik) tidak menampakkan ikan, terumbu karang rusak parah dengan coverage tinggal 10 persen.
Sementara di Pulau Buaya sebelah timur, terumbu drop out, karang masih sehat dengan coverage tinggi. Pada kedalaman 5 sampai 18 meter cakupan karang masih tinggi. Sedangkan di sebelah barat Pulau Buaya, perairan dangkal dan mengalami drop out, keragaman biota lebih tinggi tapi cakupan rendah.
Dr Agus Hadna yang juga salah satu konsultan British Petroleum, berharap potensi laut Kolaka yang sangat kaya hendaknya dapat dijaga, sehingga ke depan masyarakat Kolaka tidak hanya bertumpu pada tambang, pertanian, tapi juga dapat menjadikan laut sebagai potensi unggulan. “Laut Kolaka sangat berpotensi untuk wisata bahari maupun studi kelautan,” katanya.
Hal senada dikatakan Rektor USN, Dr Azhari.  Ia berharap keberadaan pulau - pulau di Kolaka yang sangat kaya dengan potensi bahari, tidak hanya digunakan untuk kebutuhan tambang, tetapi bisa untuk kebutuhan lain seperti wisata bahari yang justru tidak merusak ekosistem laut.
Atas dasar itu, kata Alumni doktor UGM ini, USN menjalin kerjasama dengan UGM dalam rangka riset penelitian potensi laut Kolaka, sehingga kedepan Kolaka tidak hanya dikenal dengan potensi tambangnya, tetapi juga lautnya. “Kalau kita bisa menjadikan  Kolaka sebagai pusat riset kelautan dunia, kenapa tidak ?,” katanya.
Menurutnya, selama ini potensi laut di Sultra yang dikenal dunia hanya  Wakatobi, tetapi jarak tempuh perjalanan ke Wakatobi agak panjang, dan jika Kolaka bisa menjaga lautnya dan mewujudkan sebagai potensi bahari maupun riset kelautan, maka tidak menutup kemungkinan, masyarakat dunia akan lebih memilih Kolaka sebagai daerah tujuan. SAB/DUL

Sumber: http://kendariekspres.com/content/view/7770/1/

No comments: